TREN
EBOOK DAN PASAR DUNIA
Oleh:
M. Ulin nuha Khoirul Umam
Mata Kuliah: Penerbitan Grafis dan Elektronik
Dosen Pengampu: Pitoyo Widhi Akmoko S. Si, M. Si
Penulis: M. Ulin Nuha Khoirul Umam
Publikasi: Aulia Nurdienawati (135030701111018)
Di awal tahun 2000 ketika Raksasa teknologi Amerika,
Microsoft mulai mengalihkan seluruh buku di Perpustakaan Kongres Amerika ke
dalam bentuk digital. Perpustakaan terbesar di dunia ini memiliki 115 juta
koleksi buku, majalah, jurnal, dalam 450 bahasa. Hal ini tentu saja menjadi
terobosan yang membuat orang tak perlu berlelah-lelah menuju perpustakaan untuk
mengkaji dan mencari referensi. Keputusan Microsoft ini cukup beralasan karena
minat "membaca" buku, yang mempertemukan penerbit dan konsumen, kian
membesar. Namun, disisi lain mendatangkan buku secara fisikselalu menjadi
masalah. Misalnya, buku hilang, atau rusak. Tidak hanya itu penyebaran informasi
dan pengetahuan yang berasal dari buku-buku dari belahan Eropa dan Amerika
sering mengalami keterlambatan untuk tiba di negara-negara Asia dan Afrika.
Microsoft sebenarnya bukanlah pemain pertama yang melansir
buku elektronik. Sekitar akhir tahun sembilanpuluhan menjelang tahun 2000,
ebookcentral.com, NuvoMedia, dan SoftBook Press sudah memulai bahkan
menerbitkan perangkat eBook. Tetapi karena pada saat itu banyak penerbit yang
tidak tertarik membuat buku edisi digital membuat NuvoMedia dan SoftBook Press
harus menjual RocketBook yang menjadi perangkat pembaca eBook seharga US$ 199
dari harga awalnya US$ 300, tidak hanya itu keberadaan dua perusahaan tersebut
terpaksa harus dibeli Gemstar International dari TV Guide. Pada perkembangan
berikutnya, Adobe, yang terkenal dengan perangkat Fotosoft untuk mengatur
tampilan foto, mengeluarkan Acrobat Reader. Perangkat baca ini bisa diperoleh
di homepage-nya Adobe.com secara gratis. Adobe juga telah mengembangkan fitur
tambahan bernama CoolType. Dengan fasilitas ini memungkinkan tampilan buku bisa
dibaca pada layar LCD (liquid central display). Layar inilah yang kini
digunakan banyak penyedia komputer genggam.
Saat ini pengguna Android juga ikut dimanjakan dengan
aplikasi untuk membaca buku yang bernama Aldiko Book Reader. Bahkan kini Aldiko
telah mencapai versi ke 2. Pada Aldiko Book Reader 2.0, diperubahan dilakukan
terutama di bagian user interface, dimana pengguna dapat dengan mudah melakukan
akses ke buku-buku terbaru dan best-sellers, pilihan font yang lebih baik, rendering
teks dan tipografi yang lebih baik, dan masih banyak kenyaman yang diperoleh
bagi pengguna android.
A. Perkembangan di Dunia
Ada tiga catatan yang patut dibuka untuk melihat perkembangan
eBook di dunia, tidak hanya rintisan awal tetapi sejumlah keberhasilan yang
telah dilakukan pada tiga tempat berikut ini: Project Gutenberg, merupakan
layanan buku digital terbesar dan tertua yang mendukung free eBook. Hingga saat
ini terdapat lebih dari 25.000 buku digital yang dengan mudah ditemukan dalam
katalog onlinenya. Lalu arXiV yang terdapat di Universitas Cornell. Fasilitas
ini memberikan akses secara terbuka terhadap 368.128 referensi elektronik dalam
bidang fisika, matematika, sains komputer dan biologi kuantitatif. Hal ini
didasarkan pada niat sejumlah ilmuwan yang peduli dengan penyebaran ilmu
pengetahuan untuk masyarakat umum secara bebas.
Dahulu para ilmuwan tersebut menyajikan karyanya dalam jurnal
elektronik bergensi dan berbayar, namun kini telah digratiskan begitu juga
dengan buku-buku hasil terbitan para ilmuwan tersebut. Kemudian adanya proyek
sejuta buku atau yang dikenal dengan The Million Book Project. Proyek ini
dikembangkan oleh Universal Library, yang merupakan sebuah perpustaaan digital
dengan dipelopori oleh Universitas Carnegie Mellon di Amerika Serikat,
universitas Zhejiang di China, Institut Sains di India, dan perpustakaan
Alexandria di Mesir. Proyek ini memuat referensi dalam 16 bahasa dan koleksi
bukunya sudah ada sejak terbitan abad 16.
Hingga saat ini industri buku elektronik di seluruh penjuru
dunia belumlah semapan buku konvensional walaupun penjualan eBook di Amerika
Serikat menunjukkan keunggulan di bandingkan buku cetak. Tren positif ini
ternyata mampu membawa jaringan penerbit dan penyedia jasa buku elektronik yang
dulunya seringkali kurang responsif terhadap pembeli kini mulai menunjukkan
keseriusannya.
B.
Kondisi Indonesia Saat Ini
Masuknya eBook di Indonesia seiring dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi global. Transformasi dari buku cetak menuju
bentuk digital yang ditampilkan melalui media internet memudahkan pembaca dalam
mencari informasi yang tersedia. Kehadiran eBook pun mulai digemari karena
content dan tampilan yang dimiliki buku digital cukup interaktif sehingga oleh
banyak kalangan baik dari yang tua hingga remaja lebih tertarik menggunakan
buku digital. Disisi lain harga yang relatif lebih murah, praktis, dan
menyenangkan untuk dibaca juga menjadi pertimbangan dalam memilih buku digital
sebagai bahan bacaannya.
Saat ini sumber buku elektronik yang legal di Indonesia
belumlah banyak, antara lain dirilis oleh Departemen Pendidikan Nasional (kini
menjadi Kementerian Pendidikan Nasional) dengan dibukanya Buku Sekolah
Elektronik (BSE). BSE adalah buku elektronik legal dengan lisensi terbuka yang
meliputi buku teks mulai dari tingkatan dasar sampai lanjut. Buku-buku di BSE
telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah Indonesia melalui Depdiknas, sehingga
bebas diunduh, direproduksi, direvisi serta diperjualbelikan tetapi dengan
batas atas harga yang telah ditentukan. Lebih dari itu, seluruh buku ini telah
dinilai dan lolos saringan dari penilai di Badan Nasional Standardisasi
Pendidikan (BNSP).
Kebijakan Depdiknas waktu itu membeli hakcipta 95 judul buku
teks pelajaran SD/Madrasah Ibtidaiyah, 72 judul buku teks SMP/Madrasah
Tsanawiyah, 24 judul buku teks SMA/ Madrasah Aliyah dan 216 judul buku teks
SMK. Buku-buku itu meliputi pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, IPA,
Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Juga Bahasa Inggris,
mata pelajaran adaptif, mata pelajaran produktif dan mata pelajaran normatif
untuk jenjang SMK. Secara keseluruhan terdapat 407 judul buku.
Selain itu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia juga
menyediakan sarana bagi penulis dan publik untuk membuka akses atas aneka buku
elektronik dengan lisensi terbuka. Sarana ini telah dibuka dengan nama BUKU-e.
Selain untuk buku-buku ilmiah, BUKU-e LIPI juga ditujukan untuk buku
'pembelajaran ilmiah', seperti diktat, buku teks, dan lain-lain. Termasuk
buku-buku BSE juga di-mirror di BUKU-e LIPI.
Dunia industri mulai melirik eBook, Penerbit Mizan misalnya
di tahun 2001 mempelopori keberadaan buku digital dengan memberikan eBook
berjudul "Wasiat Sufi Imam Khomeini kepada Putranya Ahmad Khomeini"
secara gratis di situs mereka. Untuk memperkenalkan eBook lebih memasyarakat,
beberapa pengusaha mencoba menggabungkan buku elektronik dengan bisnis toko
buku di Internet, meniru Amazon. Misalnya, E-Book Centro ebook-centro.com.
C. Versi e-Book Gratisan
Tak bisa dipungkiri keberadaan buku elektronik menjadi dilema
bagi para pengusaha bidang ini, bagaimana tidak disatu sisi keinginan menjual
sangat tinggi tetapi secara bersamaan di dunia maya telah banyak beredar eBook
yang dengan mudah diperoleh secara gratis. Sebut saja Abacci Books
(abacci.com). Menyediakan berbagai buku elektronik yang sebagiannya diambil
dari Project Gutenberg, digabungkan dengan berbagai resensi buku dan link ke
Amazon. Lalu National Academies Press (nap.edu). Menyediakan laporan-laporan
ilmiah dari lembaga-lembaga ilmu pengetahuan Amerika Serikat, yaitu National
Academy of Sciences, National Academy of Engineering, Institute of Medicine dan
the National Research Council. Begitu juga dengan Read Print (readprint.com),
menyediakan buku-buku sejarah dan karya sastra Barat.
Dengan segala tren positif dan catatannya keberadaan eBook
mulai dirasakan penting, tidak hanya mengurangi kebutuhan akan ruang
penyimpanan, tetapi juga tidak membutuhkan ongkos untuk perbaikan fisik buku,
mempermudah dan menurunkan ongkos tukar-menukar koleksi, menghilangkan
kebutuhan mengembangkan sistem pengamanan dari pencurian buku, dan sangat cocok
untuk sistem belajar tersebar atau sistem belajar jarak jauh. Namun yang
terpenting adalah kemampuan dan minat baca dengan hadirnya eBook semoga dapat
berpengaruh postif khususnya di masyarakat Indonesia.
D. Kelebihan dan Kekurangan E-Book
– Formal
E-book mungkin adalah kata yang sudah tidak asing di telinga
kita. Ya, e-book adalah buku elektronik yang biasanya dibuka melalui komputer.
E-book sekarang ini sudah mendunia dan menjamur di internet dikarenakan
kelebihan-kelebihan yang ada pada e-book. Berikut ini adalah beberapa kelebihan
dari e-book :
Harga e-book lebih murah daripada buku biasa atau
konvensional. Ini merupakan salah satu alasan terbesar yang membuat orang lebih
memilh e-book daripada buku biasa, bandingkan saja harga buku konvensional yang
isinya hampir sama dengan 2 sampai 3 kali lipat harga e-book, sedangkan
harga-book sendiri sangatlah murah bahkan bisa gratis yang kita dapatkan dari
beberapa situs yang menyediakan e-book gratis.
E-book ramah lingkungan. Dengan menggunakan e-book kita telah
menghemat kertas yang dihasilkan dari pohon. Kita pun juga menghemat tinta,
karena e-book tidak memerlukan tinta sama sekali
E-book ANTI RUSAK, selama tidak terkena virus, itu pun juga
dapat dibersihkan dengan anti virus. Bayangkan saja dengan buku konvensional
yang dapat rusak, sobek, ketumpahan tinta dan berbagai hal yang dapat
merusaknya.
E-book itu mudah dibawa dan memiliki ukuran yang relatif
kecil. Kita dapat dengan mudah membawa beribu-ribu e-book hanya dalam flashdisk
yang ukurannya mungkin hanya sekitar jari kita. Hal ini dikarenakan ukuran file
e-bok yang relatif kecil.
Kita dapat menghemat waktu dan tempat kita. Kita dapat
menghemat waktu kita karena kita tidak perlu ke toko buku untuk membli buku.
Dari segi tempat, kita tidak memerlukan tempat untuk menyimpan e-book, sebab
kita hanya membutuhkan 1 flasdisk yang dapat berisi beribu-ribu e-book.
Sistem pengiriman e-book sangat cepat. Kita dapat melakukan
pengiriman e-book dalam hitungan beberapa menit bahkan bisa dalam beberapa
detik. Bandingkan dengan buku konvensional yang memerlukan waktu berhari-hari.
Di samping memiliki kelebihan-kelebihan, e-book juga tidak
luput dari kekurangan. Beriku ini beberapa kekurangan e-book: Membutuhkan suatu
perangkat lunak untuk membukanya, baik komputer atau alat lainnya. Sehingga
kita membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk membukanya, sedangkan buku
biasa dapat langsung kita buka dan tutup sesuka hati. Kenyamanan. Biasanya jika
ingin membaca buku kita ingin dalam kondisi nyaman, seperti tiduran,
duduk santai di sofa, dan tiduran di lantai. Hal ini tidak bisa kita lakukan
dengan e-book, karena kita harus menatap PC atau laptop, dan terkadang kita
tidak tahan untuk berlama-lama menatap monitor. Mata yang tidak terbiasa untuk
membaca di monitor. Hal ini membuat kebanyakan orang cenderung mencetak e-book
dengan printer, setelah membaca beberapa halaman dari e-book.
E-book memiliki berbagai format, yang terlihat dari extension
filenya seperti pdf, txt, doc, chm, dejavue, iSilo, dan lain-lain. Hal ini
membuat dibutuhkan berbagai aplikasi berbeda untuk membukanya maupun
membuatnya.Misal untuk format PDF, untuk membacanya umumnya menggunakan Acrobat
dari Adobe. Untuk membuatnya menggunakan aplikasi sejenis PDF writer. Tidak
semua format e-book memiliki sekuriti yang baik. Misal format txt, sangat
rentan terkena virus atau dijebol sekuritinya. Sedangkan pdf sudah memiliki
sekuriti yang baik. Tetapi secanggih apapun format sekuriti e-book, karena
digital, e-book tetap bisa dibongkar terutama oleh para hacker. Sensasi.
Maksudnya disini, kita memiliki rasa sensasi yang kita rasakan ketika membuka
tiap-tiap lembaran dari buku biasa, namun hal ini tidak kita rasakan pada
e-book.
Daftar Pustaka
di akses tgl 5 maret
2016 jam 12:34
Prakoso Bhairawa
Putera Peneliti Muda bidang Kebijakan dan Administrasi (Kebijakan Iptek) LIPI
Biskom, 26 Agustus
2011
http://www.buku
e.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1321295564&&1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar