KONSEP SERTA PROSEDUR PENGGUNAAN TEKNOLOGI RFID PADA PERPUSTAKAAN
Oleh: Septiani Dwi Saputri
Mata Kuliah: Penerbitan Grafis dan Elektronik
Dosen Pengampu: Pitoyo Widhi Akmoko S. Si, M. Si
Penulis: Septiani Dwi Saputri
Publikasi: Aulia Nurdienawati (135030701111018)1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sekarang ini telah berkembang dalam berbagai kegiatan di bidang keilmuan.
Penerapan berbagai teknologi yang ada, tentunya akan memberi kemudahan pada
suatu organisasi atau instansi untuk mengembangkan efisiensi pekerjaan dan
kualitas layanan menjadi lebih baik. Salah satu instansi yang memanfaatkan
perkembangan teknologi dalam layanannya adalah perpustakaan. Perpustakaan
sebagai tempat berbagai sumber informasi, dalam hal ini dituntut untuk selalu
memberikan yang terbaik bagi pemustakanya, baik dalam memaksimalkan bahan
pustaka yang ada maupun layanan-layanan yang disediakan.
Menurut Williams dan Sawyer (2003) pengertian
teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer)
dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video. Teknologi informasi adalah istilah umum yang
menjelaskan teknologi apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah,
menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Teknologi informasi
tidak hanya terbatas pada teknologi komputer tetapi gabungan dari teknologi
komputer dan teknologi komunikasi.
Perpustakaan erat kaitannya dengan penyediaan
informasi, sesuai dengan pengertian perpustakaan menurut IFLA (International Federation Library
Association) perpustakaan adalah tempat kumpulan materi tercetak dan non
tercetak atau sumber informasi yang disusun secara sistematis, untuk digunakan
oleh pemustaka. Dilihat dari pengertian di atas, dimana perpustakaan diartikan
sebagai tempat terkumpulnya sumber informasi, maka dibutuhkan teknologi
informasi untuk mendukung informasi tersebut agar mudah ditemukan dan
dimanfaatkan oleh pemustaka. Dengan menggunakan teknologi yang canggih,
perpustakaan diharapkan dapat berdampak bagi pemustaka agar lebih berminat
untuk memanfaatkan berbagai layanan di perpustakaan.
2. Teknologi Informasi
Keberadaan teknologi informasi tentu mempunyai
pengaruh baik dari segi positif maupun negatif dalam berbagai kegiatan
pelayanan di perpustakaan. Adapun dampak positif dari perkembangan teknologi
informasi dalam kegiatan-kegiatan di perpustakaan adalah (Supriyanto: 2008):
a. Meringankan beban pekerjaan pustakawan di
perpustakaan sehingga pekerjaan lebih efektif dan efisien.
b. Pertukaran informasi dan kerjasama dengan
perpustakaan lain menjadi lebih mudah dan cepat tanpa harus bertatap muka
secara langsung.
c. Dapat meningkatkan citra perpustakaan karena mampu
mengikuti perkembangan teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
d. Dapat mempromosikan produk perpustakaan melalui
website dengan mudah.
e. Memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan
terkait dengan pendendaan, pengadaan, wedding dan lain-lain.
3. RFID (Radio Frequency Identification)
Sistem otomasi perpustakaan saat ini sudah
dikombinasikan dengan menggunakan sistem identifikasi otomatis bahan pustaka,
yang mana lebih mengefisienkan lagi pekerjaan di dalam perpustakaan. Sistem
identifikasi otomatis yang selama ini banyak di pakai di perpustakaan adalah
sistem barcode. Namun sistem barcode
sudah mulai digantikan oleh penggunaan RFID.
Penggunaan barcode bila dibandingkan dengan
penggunaan RFID sangat banyak perbedaannya, diantaranya sistem barcode hanya
bisa dibaca, sedangkan RFID bisa dibaca dan dan ditulis ulang, untuk membaca
dengan alat reader barcode harus
disejajarkan sedangkan RFID tidak perlu disejajarkan, semua objek atau benda
bisa dibaca secara bersamaan walau ditumpuk sekalipun, sedangkan barcode hanya membaca satu objek, RFID
bisa digunakan untuk penjajaran.
4. Pengertian RFID (Radio Frequency Identification)
RFID (Radio
Frequency Identification) merupakan kombinasi dari frekuensi radio berbasis
teknologi dan teknologi microchip. Informasi yang terkandung di dalam tag
microchip dan ditempelkan pada bahan pustaka dapat dibaca menggunakan
teknologi frekuensi radio. Sebuah alat pembaca (alias sensor, pemindai atau
integrator) mencari antena pada tag dan mengambil informasi dari
microchip dalam perangkat RFID. (Boss, Richard).
Pengertian RFID secara umum adalah sebuah teknologi
terbaru untuk mengidentifikasi atau mendeteksi sebuah objek (benda/orang)
dengan menggunakan gelombang radio, yang terdiri dari satu atau lebih alat
pembaca/ transponder interogator dan RF transfer data yang dicapai
dengan cara yang sesuai dimodulasi induktif atau memancarkan pembawa
elektro-magnetik. Selain itu dapat digunakan sebagai pembawa data, dengan
informasi yang ditulis dan diperbarui untuk tag pada saat digunakan.
Dengan menggunakaan RFID memungkinkan pengamanan
dan penemuan kembali bahan pustaka di perpustakaan dengan mudah. Secara
keseluruhan rak bahan pustaka dapat dibaca dengan alat pembaca sinyal pada portable
scan reader. Kemudian pada hasil portable scan reader akan
dilaporkan apakah ada bahan pustaka yang hilang atau dipinjam (keluar dari
rak). Sebuah label RFID yang ditempelkan pada bahan pustaka akan
mengidentifikasi bahan pustaka dan akan melindunginya. Ketika pemustaka
melakukan pminjaman dan membawa bahan pustaka keluar dari perpustakaan maka
label RFID akan terbaca oleh sistem. (Ahson, Syed: 2008).
5. Komponen-komponen RFID
Komponen-komponen dari RFID yang pertama yaitu; tag RFID yang
dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam ukuran. Di dalam tag
terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu, yang kedua terminal
reader RFID, terdiri atas RFID-reader dan antenna yang akan
mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan membaca atau
mengubah informasi yang tersimpan dalam tag melalui frekuensi radio.
Ketika tag melakukan identifikasi, informasi yang
tersimpan pada chip dalam tag dikode ulang oleh reader dan
disimpan, dikirim ke server, atau dikomunikasikan kepada sistem
perpustakaan terpadu bila sistem RFID dihubungkan dengan itu. Ketika tidak ada
server, sebagian besar perangkat lunak disimpan di reader. Terminal RFID terhubung langsung dengan system
host computer, dimana mengatur alur informasi dari item-item yang
terdeteksi dalam lingkup sistem RFID dan mengatur komunikasi antara tag dan
reader (alat pembaca). Host
bisa berupa stand-alone ataupun terhubung jaringan LAN/Internet untuk
komunikasi dengan server. Jenis konversi
reader mencakup, stasiun kerja staf untuk meja sirkulasi dalam melakukan
pekerjaan, pelindung diri stasiun pengisian dan pemakaian, reader untuk
mengidentifikasi bahan pustaka yang dikembalikan dan pintu sensor untuk
mengidentifikasi keamanan.
Sistem RFID di perpustakaan merupakan gabungan dari
beberapa komponen. Beberapa komponen tersebut akan membuat mekanisme alur kerja
di perpustakaan yang menjadikan perpustakaan yang bersangkutan berbeda dengan
perpustakaan lainnya yang tidak menggunakan sistem RFID. Untuk mempersiapkan
sistem tersebut maka berikut langkah-langkah:
· Menginput deskripsi buku ke dalam tag RFID
· Tempelkan tag RFID ke dalam buku
· Masukkan buku ke dalam rak
· Pindai buku dengan alat scanner genggam agar
nantinya mempermudah shelving
· Pemustaka mencari bahan pustaka di OPAC dan mencari
ke jajaran rak
· Kemudian peminjaman dilakukan secara mandiri (self service) dengan menggunakan alat self chek station
· Buku yang dipinjam sudah melalui proses diatas
tidak akan menjadi masalah ketika melewati pintu gerbang yang mana sudah
dipasang alarm pengaman
· Ketika pemustaka ingin mengembalikan buku maka bisa
melalui alat book drop
6. Penerapan RFID dalam Perpustakaan (Kelebihan dan Kelemahan)
Penerapan RFID dalam perpustakaan adalah penambahan
teknologi terbaru yang digunakan dalam perpustakaan untuk kombinasi otomatisasi
dan kegiatan keamanan dalam pemeliharaan dokumen baik di dalam perpustakaan
atau ketika dokumen di luar perpustakaan (A. Narayanan, et.al.: 2007). RFID
adalah teknologi terbaru untuk digunakan dalam sistem deteksi pencurian/
kehilangan bahan pustaka perpustakaan.
Sistem RFID mulai dipakai dalam perpustakaan pada
akhir tahun 1990-an yang kegunaanya diantaranya tidak hanya mendeteksi
hilangnya bahan pustaka, juga mempercepat kinerja staf dan pelaksanaannya,
menyederhanakan dan mendukung kecepatan urusan dan pelaksanaan staf dan dilaksanakan untuk tujuan pelacakan efisiensi
dokumen di seluruh perpustakaan, mempermudah dan mempercepat pemakaian dokumen,
keamanan bahan pustaka, inventarisasi, verifikasi dan penanganan di rak (Boss,
2009).
RFID memberikan keunggulan yang signifikan bila
dibandingkan dengan penggunaan barcode
dalam perpustakaan. Keunggulan utama adanya peningkatan kualitas pelayanan
serta penghematan biaya operasional tenaga perpustakaan, karena teknologi RFID
memungkinkan untuk penguna perpustakaan melakukan pelayanan mandiri (self-service) baik peminjaman maupun
pengembalian bahan pustaka dengan menggunakan kartu anggota yang sudah ditanami
chip RFID yang biasa disebut smartcard.
Dalam menerapkan teknologi baru maka akan terdapat
segi positif dan segi negatifnya, begitu pula dalam sebuah perpustakaan maka
akan ada kelebihan dan kelemahan dari teknologi RFID tersebut, diantara
kelebihannya adalah: (Narayan: 2005 dan Boss: 2007):
1. Kecepatan pengisian/pemakaian; penggunaan RFID
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sirkulasi dan
inventarisasi karena tag RFID dapat dibaca dari jarak jauh.
2. Penghematan waktu; dikaitkan dengan fakta-fakta
informasi yang dapat dibaca dari tag RFID jauh lebih cepat dan beberapa
bahan pustaka dalam tumpukan dapat dibaca pada waktu yang sama.
3. Mempermudah layanan mandiri: sensor dapat membaca
tag RFID yang telah dipasang dalam beberapa bahan pustaka yang dipinjam atau
yang dikembalikan di waktu yang bersamaan.
4. Kehandalannya tinggi; sistem RFID menghubungkan
sensor untuk pintu keluar dan sistem sirkulasi untuk mengidentifikasi
barang-barang yang keluar dari perpustakaan serta meminimalisir pencurian dan
penghematan biaya.
5. Inventarisasi dengan kecepatan tinggi; kemampuan
untuk memindai bahan pustaka di rak tanpa menunjuk mereka keluar atau
menghapusnya.
6. Penanganan material (bahan pustaka) secara
otomatis, termasuk menyortir bahan pustaka menurut kategori untuk diletakkan
ditempat yang tidak dipakai.
7. Umur tag panjang; Tag RFID
berlangsung lebih lama dari barcode karena tidak adanya kontak langsung kepada
item.
8. Kegiatan sirkularsi cepat.
Disamping
adanya keuntungan maka tidak bisa terlepas juga dari kekurangan penggunaan RFID
dalam perpustakaan, beberapa kekurangan adalah (Narayan: 2005 dan Boos: 2007):
1. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian komponen
RFID tinggi.
2. RFID rentan untuk berkompromi karena lapisan foil
dari tag yang terlalu tebal kemungkinan bisa menghalangi sinyal radio
dan memungkinkan pembatalan sinyal tersebut.
3. Kemungkinan penghapusan/ pencabutan tag yang
dipasang yang pada item (bahan pustaka)
4. Masalah sensor keluar, pintu sensor harus membaca
dua kali jarak alat pembaca lainnya, maksudnya walaupun dari jarak jauh, sensor
harus bisa menjalankan fungsinya.
5. Ancaman terhadap privasi; Adanya informasi pribadi
pemustaka (user) yang terekam pada
tag RFID (smart card).
7. Kesimpulan dan Saran
RFID (Radio
Frequency Identification) merupakan sebuah teknologi baru nirkabel (wireless) yang unggul dan telah
diterapkan di dalam dunia perpustakaan untuk mengembangkan layanan dan kinerja
perpustakaan dalam hal identifikasi dan pengamanan, yang mana merupakan
kemajuan teknologi yang berkelanjutan dari sistem barcode. Meskipun
kelebihannya adalah identifikasi yang unik dan fleksibilitas dari RFID
merupakan kabar baik, teknologi ini masih belum dipahami secara luas atau belum
banyak diterapkan di lingkungan perpustakaan. Hal ini terlihat dari beberapa
kekurangan yang ditimbulkan dari penerapan RFID di perpustakaan. Biaya yang
dikeluarkan cukup tinggi untuk menggunakan teknologi ini dikarenakan dalam
penerapannya, standarisasi dan inovasinya RFID terus berubah.
Penerapan RFID di perpustakaan yang masih relatif
baru dan karenanya ada banyak fitur teknologi yang tidak dipahami oleh
masyarakat umum. Perkembangan teknologi RFID terus menghasilkan kapasitas
memori yang lebih besar. Diharapkan untuk kedepannya banyak perpustakaan di
Indonesia bisa mengaplikasikan RFID dengan maksimal, agar staf perpustakaaan
semakin maksimal pula dalam melaksananakan pekerjaan, dan dalam memberikan
pelayanan kepada pemustaka. Selain itu perpustakaan yang sudah menerapkan RFID
akan mempunyai nilai lebih serta akan mewujudkan perpustakaan yang modern
sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
8. Daftar Pustaka
A. Narayanan, et.al., Implementing RFID in Library: Methodologies,
Advantages, and Disadvantages” tersedia di
library.igcar.gov.in/readit-2005/conpro/lgw/s5
pdf atau di
http://www.libsys.co.in/download/implementing_rfid_in_Libraries.pdf diakses
pada tanggal 25 Maret 2016
Boss, Richard, 2007. RFID Technology for
Libraries tersedia di http://staging.ala.org/ala/mgrps/divs/pla/plapublications/platechnotes/RFID-2007.pdf
diakses pada tanggal 25 Maret 2016
Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin, 2008. Teknologi
Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan Perpustakaan Digital. Yogyakarta:
Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar